Jumat, 20 April 2012

Laktasi...



Perkembangan Payudara
Kelenjar mamae manusia berasal dari ectoderm. Kelenjar ini pertama kali dapat terlihat pada embrio yang berusia  4 minggu sebagai tunas (BUD) atau nodul dari jaringan epitel yang tampak disepanjang garis yang disebut Krista susu. Kelenjar mammae manusia merupakan stuktur tuboalveolar yang terdiri atas 15-25 lobus yang irregular yang letaknya radier menjauhi putting.
Pada awal kehamilan terdapat pertumbuhan dan percabangan yang cepat pada bagian terminal lobules yang rudimenter. Vaskualaritas meningkat dengan cepat. Sekitar kehamilan minggu ke 8 mulai terjadinya diferensiasi alveolar yang sesungguhnya. Asinus kelenjar yang sesungguhnya terlihat sebagai alveolus berlumen yang dibatasi oleh satu lapis sel mioepitel. Alveolus berhubungan dengan duktuk lactiferous yang lebih besar melalui ductus intralobular. Sekresi alveolar dimulai pada kehamilan trimester kedua. Pada trimester ketiga sekresi yang kaya immunoglobulin tampak memenuhi alveolus.

Pembentukan Air Susu
            Pada dasanya air susu merupakan emulsi lemak dalam fase cairan yang isotonic dengan plasma. Air susu manusia yang telah matang mengandung 3-5% lemak, 1% protein, 7% laktosa, dan 0,2% mineral, serta memberikan kalori sebesar 60-75 kkal/dl. Protein-protein yang utama pada air susu manusia adalah kasein, alfa lakto albumin, laktoferin imunologlobulin A, lisozim, dan albumin. Air susu yang pertama kali dikeluarkan setelah melahirkan yaitu kolostrum. Kolostrum mengandung protein yang lebih tinggi sebagian besar immunoglobulin serta kandungan gula yang lebih rendah dibandingka air susu yang diproduksi kemudian.
Sel epitel alveolus yang memproduksi susu merupakan sel yang terpolarisasi dan sangat berdiriferensiasi yang berfungsi mengakumulasi, mensintesis, mengemas, dan mengeluarkan air susu.
            Terdapat empat jalur  transelular untuk pembentukan air susu yang sesuai di dalam alveolus payudara. Jalur yang pertama meliputi sekresi kation monovalen dan air. Air dialirkan melalui sel alveolus melalui gradient konsentrasi yang dibangun oleh gula susu yang spesifik; ion-ion mengikuti gradient elektrokimia. Jalur yang kedua meliputi transport immunoglobulin yang dimediasi reseptor. Imunoglobulin A memasuki sel epitel setelah berikatan dengan reseptornya, menjadi  terinternalisasi dan ditranspor ke apparatus golgi atau membrane apical pada sel untuk disekresi. Jalur yang ketiga meliputi sintesis dan transport  lemak susu, yang disintesis di dalam sitoplasma dan reticulum endoplasma halus. Lemak susu kemudian beragregasi menjadi droplet yang bergabung untuk membentuk globul lemak yang lebih besar. Globul lemak kemudian dikeluarkan dari bagian apical sel ke dalam lumen alveolar. Jalur yang terakhir meliputi eksositosis vesikel sekretorik yang mengandung protein susu spesifik, kalsium, fosfat, sitrat, dan laktosa. Vesikel ini terbentuk di dalam apparatus golgi. Disini, kasein, yang merupakan protein susu spesifik,  membentuk misel dengan kalsium dan fosfatnya. Golgi bersifat impernebel terhadap laktosa. Karena laktosa merupakan gula yang aktif secara osmotic, air ditarik ke dalam golgi sehingga kandungan laktosa menentukan volume cairan susu. Jalur yang kelima dibutuhkan untuk pembentukan air susu. Jalur ini merupakan jalur paraselular. Imunoglobulin seperti IgA, plasma protein dan leukosit dapat bergerak diantara sel alveolar yang telah kehilangan persambungan eratnya (tight junction).

Regulasi Produksi Air Susu
            Regulasi kuantitasd dan kuantitas air susu sebagian besar berada dibawah control prolaktin sebagai hormon pengatur utama, namun kerjanya membutuhkan sinergisme dengan beberapa hormon lain. Konsentrasi prolaktin meingkat selama kehamilan dari dibawah 20 ng/ml menjadi lebih dari 200ng/ml. Pada wanita menyusui kadar prolaktin serum basal meningkat selama 4-6 minggu postpartum, kemudian menurun hingga kadar seperti sebelum kehamilan walau masih menyusui. Sekitar dua bulan kemudian, isapan bayi dapat menyebabkan lonjakan pelepasan prolaktin. Walapun dengan produksi air susu sekitar satu liter atau lebih perhari, refleks ini juga menghilang secara bertahap.
            Peran prolaktin yang paling penting pada awal masa menyusui terjadi dengan memblok sekresi hormon dari hipofisis dengan menggunakan agonis dopamine, yaitu bromokriptin. Saat bromokriptin diberikan pada wanita sesaat sesudah melahirkan, kadar prolaktin turun cepat mencapai kadar sebelum hamil. Pembesaran payudar dan laktasi tidak akan terjadi. Estrogen juga digunakan untuk menekan laktasi segera setelah melahirkan, dengan mekanisme yang berbeda. Setelah pemberian estrogen, kadar prolaktin meningkat, namun tidak ada air susu yang terbentuk. Estrogen menghambat kerjaprolaktin pada payudara, yang mungkin penyebab laktasi tidak terjadi sebelum kehamilan. Setelah plasenta lahir, tidak ada lagi estrogen yang bersirkulasi dalam jumlah besar. Kadar estrogen turun drastic  dan air susu mulai dibentuk dal 24-48 jam.
            Prolaktin menstimulasi sintesis beta laktoglobulin dan kasein pada jaringan payudara oleh insulin dan kortisol. Prolaktin menstabilkan kasein mRNA, memperlama waktu paruhnya hingga delapan kali lipat. Prolaktin menstimulasi sintesis lemak susu, dan mungkin terlibat dalam transport natriun di jaringan mammae. Pengikatan prolaktin ke reseptornya tidak menstimulasi aktifitas adenilal siklase.
Heffner, Linda J dan Danny J. Schust. 2006. At  a Glance Sistem Reproduksi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.

Sindrom Chiari-Frommel
            Terdapat  suatu keadaan yang walaupun jarang ditemukan tetapi menarik, yaitu menetapnya laktasi ( galaktorea ) dan amenorea pada wanita yang tidak menyusui setelah melahirkan. Keadaan ini, disebut Sindrom Chiari-Frommel, mungkin berkaitan dengan atrofi genital dan disebabkan oleh menetapnya sekresi prolaktin tanpa sekresi FSH dan LH yang diperlukan untuk menghasilkan pematangan folikel baru dan ovulasi. Pola serupa berupa galaktorea dan amenorea dengan kadar prolaktin darah yang tinggi dijumpai pada wanita tidak hamil yang menderita tumor hipofisis kromofob dan pada wanita yang tangkai hipofisisnya telah dipotong sebagai pengobatan kanker.
Ganong, W.F.2002.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20.Jakarta:EGC.     

Minggu, 15 April 2012

Perdarahan Post Partum Primer


Atonia uteri

Atonia uteria adalah Uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). (JNPKR, Asuhan Persalinan Normal, Depkes Jakarta ; 2002)
Factor predisposisi antara lain :
-          Umur yang terlalu muda atau terlalu tua
-          Parietas (sering pada multipara / grande multipara)
-          Pembesaran uterus yang berlebihan pada waktu hamil, seperti pada hamil kembar, hidramnion.
-          Anestesi  yang  dalam
-          Anestesi lumbal
-          Kelainan pada uterus seperti mioma uteri
-          Partus lama / partus terlantar
-          Social ekonomi (malnutrisi)
-          Dapat juga karena salah penanganan dalam usaha melahirkan plasenta, sedangkan sebenarnya belum terlepas dari uterus.

Gejala dan tanda-tanda yang selalu ada
-          Uterus tidak berkontraksi dan lembek
-          Perdarahan segera setelah anak lahir (post partum primer)
 

Selasa, 10 April 2012

Kehamilan...


TERJADINYA KEHAMILANPeristiwa prinsip pada terjadinya kehamilan :1. Pembuahan / fertilisasi : bertemunya sel telur / ovum wanita dengan sel benih / spermatozoa pria.2. Pembelahan sel (zigot).hasil pembuahan tersebut.3. Nidasi / implantasi zigot tersebut pada dinding saluran reproduksi (pada keadaan normal : implantasi pada lapisan endometrium dinding kavum uteri).4. Pertumbuhan dan perkembangan zigot - embrio - janin menjadi bakal individu baru.Kehamilan dipengaruhi berbagai hormon : estrogen, progesteron, human chorionic gonadotropin, human somatomammotropin, prolaktin dsb. Human Chorionic Gonadotropin (hCG) adalah hormon aktif khusus yang berperan selama awal masa kehamilan, berfluktuasi kadarnya selama kehamilan.Terjadi perubahan juga pada anatomi dan fisiologi organ-organ sistem reproduksi DAN organ-organ sistem tubuh lainnya, yang dipengaruhi terutama oleh perubahan keseimbangan hormonal tersebut.

PERUBAHAN PADA ORGAN-ORGAN SISTEM REPRODUKSIUterusTumbuh membesar primer, maupun sekunder akibat pertumbuhan isi konsepsi intrauterin. Estrogen menyebabkan hiperplasi jaringan, progesteron berperan untuk elastisitas / kelenturan uterus. Taksiran kasar perbesaran uterus pada perabaan tinggi fundus : - tidak hamil / normal : sebesar telur ayam (+ 30 g) - kehamilan 8 minggu : telur bebek - kehamilan 12 minggu : telur angsa - kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis-pusat - kehamilan 20 minggu : pinggir bawah pusat - kehamilan 24 minggu : pinggir atas pusat - kehamilan 28 minggu : sepertiga pusat-xyphoid - kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat-xyphoid - 36-42 minggu : 3 sampai 1 jari bawah xyphoid

Minggu, 08 April 2012

Perubahan Anatomi dan Fisiologi Wanita Hamil


A.DEFINISI
Kehamilan merupakan suatu peristiwa yang penting dalam kehidupan seorang wanita dan keluarga pada umumnya. Walaupun perubahan yang besar yang akan terjadi sangat mempengaruhi semua orang. Kehamilan juga dapat diartikan saat-saat krisis, saat terjadi gangguan dan perubahan identitas serta peran bagi setiap anggota keluarga. Manusia berespon terhadap krisis tersebut dengan cara yang berbeda setiap individu sesuai dengan sifat kejadian yang ada dalam kehidupannya. Definisi krisis ini merupakan suatu ketidakseimbangan psikologis yang mungkin disebabkan oleh situasi atau tahap perkembangan. Pada awalnya ketika wanita hamil untuk pertama kalinya terdapat periode syok, menyangkal, kebingungan serta tidak terima atas apa yang terjadi. Persepsi setiap wanita saat dia mengetahui akan kehamilan tersebut, yang ada dalam pikirannya bahwa kehamilan merupakan suatu penyakit, kejelekan pada dirinya atau mungkin mereka memandang bahwa kehamilan adalah suatu periode kreativitas dan pemenuhan pengabdian pada keluarga. Oleh karena itu, berbagai dukungan dan bantuan sangat penting dibutuhkan bagi seorang ibu untuk mendukung selama kehamilannya.

B.FISIOLOGI KEHAMILAN
Kehamilan sangat mempengaruhi perubahan fisiologis dalam tubuh ibu secara keseluruhan yang pada hakekatnya terjadi pada semua organ terutama pada organ reproduksinya yang menjadi pusat perhatian selama masa kehamilan. Semua system tubuh ibu akan mengalami perubahan dari keadaan tidak hamil ke keadaan hamil yang secara umum disebut fisiologi maternal. Selain itu ibu juga harus menanggung beban yang sangat besar dalam hal ini adalah :
1.Melindungi embrio/janin yang sedang berkembang,
2.Memberikan semua yang dibutuhkan oleh embrio/janin,
3.Beradaptasi untuk menyediakan tempat yang nyaman bagi kehidupan embrio/janin, dan
4.Mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan ketika proses persalinan sampai memberikan makanan bagi anak.
Sebagian besar perubahan tubuh pada ibu bersifat temporer/sementara dan kebanyakan disebabkan oleh kerja hormon yang ada dalam tubuh. Dan perubahan-perubahan fisiologi pada system reproduksi tersebut antara lain :
a)Perubahan Pada Uterus
Perbahan anatomi yang sangat jelas pada anatomi maternal adalah pembesaran uterus untuk menyimpan janin yang sedang tumbuh. Uterus tumbuh dari ukuran yang kecil kemudian menjadi organ yang hamper padat menjadi dinding yang tebal dengan kantung muscular yang mengandung janin, plasenta dan air ketuban. Uterus pada ibu yang dalam keadaan tidak hamil teraba seperti buah pear hijau yang halus. Kehamilan menyebabkan uterus membesar bersama pertmbuhan janin, plasenta dan adanya air ketuban.
b)Perubahan Pada Serviks
Segera setelah wanita tidak mengalami menstruasi, serviks akan menjadi lunak sebagai akibat meningkatnya suplai darah. Serviks pada nulipara (wanita yang pernah mengalami kehamilan) terlihat bulat dan halus serta menonjol kearah vagina. Proses kehamilan akan meregangkan serviks dan hamper selalu menyebabkan laserasi pada serviks, setelah persalinan bentuk serviks menjadi oval. Selama masa kehamilan konsistensi serviks berubah, sedangkan sebelum masa kehamilan teraba seperti ujung hidung, pada awal kehamilan teraba seperti ujung daun telinga dan pada keadaan akhir kehamilan terba seperti bibir.

Kuliah Obstetri Ginekologi Dr. H. Junizaf / Dr. H.M. Soepardiman