Rabu, 02 Mei 2012

Anoreksia Nervosa (1)



1.Pengertian
  Anoreksia nervosa adalah gangguan makan yang mengancam jiwa yang ditandai dengan penolakan klien untuk mempertahankan berat badan normal ynag minimal, gangguan persepsi yang bermakna tentang bentuk atau ukuran tubuh atau menolak untuk mengakui bahwa ada masalah. Anoreksia Nervosa merupakan sebuah penyakit kompleks yang melibatkan komponen psikologikal, sosiologikal, dan fisiologikal, pada penderitanya ditemukan peningkatan rasio enzim hati ALT dan GGT, hingga disfungsi hati akut pada tingkat lanjut. 
  Banyak penelitian yang beranggapan bahwa masalah yang mendasari lebih bersifat psikologis daripada biologis, sebagian pakar mencurigai bahwa pengidap anoreksia nervosa mungkin kecanduan opiate endongen yaitu bahan mirip morpin yang diproduksi sendiri oleh tubuh yang diperkirakan dikeluarkan selama kelaparan jangka panjang .

2.Epidemologi
  Terjadinya anoreksia nervosa (AN) meningkat sejak 2 dekade terakhir. Diperkirakan ada satu setiap 100 wanita usia 16 – 18 tahun, menderita anoreksia nervosa. Distribusinya merupakan distribusi bimodal, puncak pertama pada 14,5 tahun dan puncak yang lain pada 18 tahun; 25 % lebih muda dari 13 tahun . Peningkatan telah dilaporkan disemua Negara barat, sedangkan Negara lain ada beberapa laporan yang sporadic. Perbandingan penderita wanita dengan pria adalha 10 : 1. Pada mulanya dilaporkan hanya ada pada kelompok sosioekonomi menengah keatas, namun sekarang AN juga ada pada golongan sosioekonomi yang lebih rendah. AN telah didiagnosis pada berbagai etnik dan ras. Bulimia lebih umum terjadi daripada AN. Meningkatnya insidens gangguan makan yang berhubungan dengan AN dan bulimia berkaitan dengan latar belakang keluarga.

3.Etiologi / penyebab
  Etiologi gangguan tetap tidak jelas. Terdapat komponen pisikologis yang jelas,dan diagnosis terutama didasarkan pada kriteria pisikologis dan prilaku .Namun demikian, manisfestasi fisik anoreksia dapat mengarah pada kemungkinan faktor-faktor organic pada etiologi.


Faktor predisposisi
•Biologis
  Diyakini ada hubungan keluarga dengan gangguan makan. Keturunan pertama wanita pada orang yang mengalami gangguan makan beresiko tinggi daripada populasi umum. Model biologis etiologi gangguan makan difokuskan kepada pusat pengatur nafsu makan di hipotalamus, yang mengendalikan mekanisme neurokimia khusus untuk makan dan kenyang. Serotonin dianggap terlibat dalam patofisiologi gangguan makan walaupun model biologis ini masih dalam tahap perkembangan. 
Studi tentang anoreksia nervosa menunjukkan bahwa gangguan tersebut cenderung terjadi dalam keluarga. Oleh karena itu, kerentanan genetic mungkin muncul yang dipicu oleh diet yang tidak tepat atau stress emosional. Kerentanan genetic ini mungkin muncul karena tipe kepribadian tertentu atau kerentaan umum terhadap gangguan jiwa atau kerentanan genetic mungkin secara langsung mencakup disfungsi hipotalamus.

•Perkembangan 
  Anoreksia nervosa biasanya terjadi selama masa remaja dan diyakini bahwa penyebabnya berhubungan dengan antara perkembangan pada tahap kehidupan ini. Perjuangan untuk mengembangkan otonomi dan pembentukan indentitas yang unik adalah 2 tugas yang penting. Keterlibatan faktor kepribadian dinyatakan oleh fakta bahwa penderita anoreksia cenderung wanita tertentu, muda, berkulit putih dan dari keluarga yang bergerak ke atas yang menekankan pada pencapaian. Jenis latar belakang ini menyebabkan tuntutan dan harapan keluarga yang menimbulkan stres, dan dalam konteks ini, penolakan wanita untuk makan mungkin tanpaknya (tanpa disadari) sebagai cara menunjukan kendali. Kemungkinan lain yang lebih jarang disebutkan adalah penderita anoreksia mewakili kenakalan seksualitas. Selain tidak mengalami menstruasi, wanita mengalami underweight parah tidak memilki karakteristik seksual lain, seperti feminin yang sesunguhnya.

•Lingkungan
  Berbagai factor lingkungan dapat mempengaruhi individu untuk mengalami gangguan makan. Riwayat terdahulu pasien mengalami gangguan makan sering dipersulit oleh penyakit dalam dan bedah, kematian keluarga dan lingkungan keluarga dengan konflik.

•Psikologis
  Kebanyakan pasien yang mengalami gangguan makan menunjukkan sekelompok gejala psikologis seperti rigiditas, ritual risme, kehati – hatian , perfectsionisme serta control infuse yang buruk. Aspek psikologis anoreksia nervosa yang mendominansi adalah keinginan yang kuat untuk menguruskan berat badan dan takut gemuk, biasanya didahului oleh periode 1 atau 2 tahun gangguan mood dan perubahan perilaku. Penurunan berat badan biasanya dipicu oleh krisis yang khas pada remaja seperti awitan menstruasi atau kecelakaan interpersonal traumatic yang memicu perilaku diet yang serius dan berlanjut sampai tidak terkontrol.
  Sering kali terdapat kesalahpahaman yang berlebihan terhadap penyimpanan lemak normal yang merupakan karakteristik periode remaja awal , atau komentar orang lain bahwa remaja putri terlihat gemuk. Penurunan berat badan mungkin merupakan respon terhadap sindiran atau pergantian sekolah atau akan masuk kuliah. Remaja memasuki fase pertumbuhan pubertas ketika akumulasi lemak biologis yang normal, terutama rentan untuk muncul. Tuntutan dewasa ini untuk memiliki tubuh ramping merupakan faktor yang sangat penting. Standar kecantikan ditunjukkan oleh tinggi badan, kerampingan, payudara yang kecil seperti model – model yang ditampilkan oleh semua bentuk media.
  Pada beberapa situasi remaja mengalami stress keluarga yang parah seperti perpisahan atau perceraian orang tua. Pada kondisi ini atau lainnya remaja mengalami kehilangan kontrol diri, keputusan untuk sabar atau tidak makan menjadi sebuah area yang dapat melatih kontrol individu.

•Sosio kultural
  Pada budaya yang menerima atau mengahargai kemontokkan, jarang terjadi gangguan makan. Lingkungan sosiokultural pada remaja dan wanita muda di Amerika Serikat juga sangat menekankan kelangsingan dan pengendalian terhadap tubuh seseorang menjadi indicator untuk evaluasi diri. Di Amerika serikat kelebihan berat badan dianggap sebagai tanda kemalasan, kurang control diri atau mendapatkan tubuh yang sempurna disamakan dengan cantik.
  Orang yang mengalami anoreksia sering kali tidak makan lebih dari 500 – 700 kalori dalam sehari dan mungkin mencerna sebanyak 200 kalori, namun mereka merasa yang dimakan sudah cukup memadai untuk kebutuhan hidup mereka . Beberapa indivu yang mengalami anoreksia mungkin tidak makan selama seharian. Walaupun melakukan pembatasan, banyak penderita anoreksia mengalami preokupasi atau terobsesi oleh makanan dan sering masak untuk keluarga. Individu yang mengalami gangguan makan dapat melakukan berbagai perilaku pengurasan termasuk latihan olahraga yang berlebihan. Menggunakan diuretic yang diresepkan dan di jual bebas, pil diet, laksatif dan steroid. Banyak pasien yang mencari bantuan untuk menangani gangguan makan juga mengalami gangguan jiwa seperti depresi , gangguan obsesif–konflusif dan gangguan kepribadian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar